Kurangnya Motivasi Kerja
Penyebab terjadinya turn over karyawan yang pertama adalah kurangnya motivasi kerja. Tidak sedikit karyawan yang berpikir bahwa tujuan atau motivasi kerja adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Padahal, pekerjaan atau karier memiliki arti yang lebih luas, yaitu sebagai identitas, bahkan tujuan hidup. Masalahnya, tidak semua orang bisa bekerja sesuai dengan passion yang dimiliki. Banyak yang berakhir menjadi karyawan dan bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal tersebut tentu mengakibatkan kurangnya motivasi kerja karena pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan yang dilakukan.
Pengertian Turn Over Karyawan
Turn over karyawan adalah proses perputaran masuk dan keluarnya karyawan dalam suatu perusahaan, baik secara sukarela maupun tidak. Turn over karyawan adalah proses alami dan lazim terjadi pada perusahaan. Akan tetapi, perusahaan harus menjaga agar tingkat turn over tetap rendah. Perlu diketahui, perusahaan memiliki tingkat toleransi turn over berbeda-beda yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, mulai dari faktor industri, jenis pekerjaan, ukuran perusahaan, dan lain sebagainya.
Di sisi lain, terdapat istilah employee turn over rate, yaitu jumlah karyawan yang meninggalkan perusahaan, baik secara sukarela maupun tidak, yang dihitung dalam kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Baca juga: Laporan Keuangan Perusahaan Jasa: Kenali Jenis & Contohnya!
Cara Mengatasi Turn Over Karyawan yang Tinggi
Setelah memahami cara menghitung turn over karyawan, saatnya ketahui cara mengatasi turn over karyawan yang tinggi berikut ini:
Berinvestasi pada Karyawan
Walau sudah mendapatkan gaji, karyawan juga ingin tahu bahwa mereka adalah aset berharga yang menjadi bagian dari perusahaan. Tidak hanya membuat karyawan berperan aktif dalam bekerja dan berorganisasi, penting untuk melakukan investasi pada karyawan dengan memberikan feedback positif, pelatihan, hingga promosi.
Turn over karyawan adalah proses perputaran masuk dan keluarnya karyawan dalam suatu perusahaan, baik secara sukarela maupun tidak. Walau turn over karyawan adalah proses alami dan lazim terjadi pada perusahaan, penting untuk selalu menjaga agar tingkat turn over tetap rendah. Dengan demikian, perusahaan perlu mengetahui dan mempelajari penyebab terjadinya turn over karyawan, serta cara mengatasi turn over karyawan yang tinggi.
Setelah memahami informasi seputar turn over karyawan, sebagai pemilik bisnis atau perusahaan, temukan juga informasi lainnya di sini. Saat membangun dan menjalankan bisnis, pilih aplikasi yang dapat mendukung kelancaran prosesnya, seperti majoo. Dengan berlangganan majoo, kamu bisa memanfaatkan fitur yang ditawarkan untuk mendukung kemajuan bisnismu. Tidak perlu khawatir, majoo selalu setia menemani langkahmu dalam bekerja dan membangun bisnis, terutama untuk urusan partner pembayaran. Tunggu apa lagi? Yuk, berlangganan sekarang!
Sumber Gambar: Freepik.com
Terima kasih atas pertanyaan Anda.
Artikel di bawah ini adalah pemutakhiran dari artikel dengan judul Status Karyawan Perusahaan yang "Spin Off" yang dibuat oleh Umar Kasim dan pertama kali dipublikasikan pada Jumat, 21 Mei 2010.
Istilah spin off sebagaimana Anda sebutkan dalam pertanyaan dikenal dengan pemisahan dalam hukum Indonesia adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh perseroan untuk memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada dua perseroan atau lebih atau sebagian aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada satu perseroan atau lebih.[1]
Pemisahan sendiri dalam Pasal 135 UU PT dibedakan ke dalam 2 jenis yaitu pemisahan murni dan pemisahan tidak murni dengan penjelasan singkatnya berikut ini.
Adapun pemisahan yang dilakukan perusahaan berdampak pada status pekerja/buruh pada perusahaan yang bersangkutan. Sebab, perusahaan dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (“PHK”) dengan alasan melakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan perusahaan dan pekerja/buruh tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja atau pengusaha tidak bersedia menerima pekerja/buruh.[2]
Berdasarkan ketentuan tersebut, dalam hal terjadi pemisahan, perusahaan hanya dapat PHK apabila pekerja/buruh tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja dengan perusahaan, atau perusahaan tidak bersedia menerima pekerja/buruh tersebut di perusahaannya.
Dalam hal pekerja/buruh bersedia melanjutkan hubungan kerja dengan perusahaan, atau perusahaan bersedia menerima pekerja/buruh tersebut di perusahaannya, maka masa kerja pekerja/buruh dengan perusahaan dapat tetap berlanjut sepanjang tidak dilakukan PHK. Patut diperhatikan, dalam hal terjadi pengalihan perusahaan, hak-hak pekerja/buruh menjadi tanggung jawab pengusaha baru, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian pengalihan yang tidak mengurangi hak-hak pekerja/buruh.[3]
Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.
[3] Pasal 81 angka 16 Perppu Ciptaker yang mengubah Pasal 61 ayat (3) UU Ketenagakerjaan
Bisnis.com, JAKARTA – Platform management talent Ekrutes.id menilai bahwa fenomena turn over atau perputaran keluar dan masuknya karyawan di sebuah perusahaan terjadi karena tidak cocoknya hubungan antara atasan dengan pegawai.
CEO of Ekrutes.id Hartono Chandra mengatakan bahwa hal ini biasanya berkaitan dengan kepribadian seseorang. Lantaran, lanjut dia proyeksi dimana dan posisi apa sebaiknya seorang calon karyawan ditempatkan sulit untuk terdeteksi.
“Psikotes adalah langkah awal yang penting bagi perusahaan atau HR untuk lebih mengenal kandidat. Banyaknya turn over pegawai yang terjadi di perusahaan saat ini karena ada ketidakcocokan antara atasan dengan bawahan, atau dengan sesama rekan kerja,” katanya melalui rilisnya, Sabtu (4/3/2023).
Lebih lanjut, Hartono meyakini proses seleksi setidaknya akan mengurangi terjadinya turn over pegawai yang tinggi, karena mereka sudah diketahui proyeksi posisi dan pekerjaan yang sesuai.
Apalagi, dia melanjutkan bahwa proses rekrutmen dengan psikotes memang selama ini menjadi kendala sejumlah perusahaan, karena keterbatasan waktu dan biaya. Pasalnya saat melakukan psikotes luring, dibutuhkan waktu cukup lama untuk menunggu hasil psikotes.
Melihat fenomena itu dia mengatakan bahwa perusahaan saat ini tengah berfokus pada pengembangan alat asesmen seperti psikotes daring meluncurkan fitur baru untuk mengefisiensi proses rekrutmen pegawai hingga 70 persen.
Dia melanjutkan, fitur yang dimaksud tes IQ WMS yang diyakininya dapat membantu proses rekrutmen pegawai perusahaan bisa dilakukan jauh lebih efisien dengan menyiapkan layanan screening psikotes online.
Apalagi, dia melanjutkan tes tersebut dapat mengetahui potensi seseorang dan membantu memberikan rekomendasi pekerjaan atau karir yang sesuai dengan potensi yang dimiliki, sebab tes intelegensi ini sudah disesuaikan dengan demografi dan kebudayaan di Indonesia.
Selain itu, perusahaan juga memiliki fitur Ekrubox, sistem kecerdasan buatan yang bisa memberikan rekomendasi talent berdasarkan hasil psikotes dan memberikan rekomendasi posisi yang sesuai. Sehingga diharapkan perusahaan bisa mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Photo by Karolina Gabrowski via Pexels
Jika bicara mengenai spin off, mungkin Anda langsung terpikir mengenai istilah spin off pada film. Padahal, dunia bisnis juga mengenal istilah spin off, tentu saja dengan definisi yang berbeda.
Bisa dibilang, spin off adalah salah satu alasan bagaimana beberapa perusahaan bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar daripada sebelumnya dan jadi lebih berkembang. Memangnya, apa yang dimaksud dengan istilah spin off pada dunia bisnis?
Baca Juga: Resesi Adalah Kondisi Ekonomi Yang Memburuk, Apa Saja Penyebabnya?
Spin off adalah istilah yang merujuk pada pemisahan antara suatu anak perusahaan dari induk perusahaan untuk berdiri sendiri. Dalam prosesnya, perusahaan spin off akan mengambil sebagian tim, aset, dan hal lainnya yang telah disepakati. Nantinya, perusahaan baru ini akan memiliki kepemimpinan yang baru, tetapi perusahaan induk masih eksis dan menjalankan bisnisnya seperti biasa.
Umumnya, spin off dilakukan oleh sebuah perusahaan besar yang menguasai berbagai macam sektor. Kemudian, perusahaan spin off yang berpisah dari perusahaan induk tersebut akan fokus pada satu hal sektor saja agar lebih profitable. Contohnya adalah eBay dan Paypal.
Pada 2015 kemarin, eBay, sebuah perusahaan yang terkenal akan e-Commerce-nya, melepaskan PayPal, sebuah perusahaan pembayaran digital. Semenjak berpisah, valuasi PayPal semakin tinggi, yang berarti spin off tersebut berhasil dilakukan.
Baca Juga: 10 Rekomendasi Bisnis Yang Menjanjikan Di Tahun 2023
Pastikan Work-Life Balance Terpenuhi
Cara mengatasi turn over karyawan berikutnya adalah dengan memastikan work life balance karyawan terpenuhi. Alih-alih memintanya lembur hingga tengah malam atau di akhir pekan, jangan ragu untuk mendorong karyawan beristirahat sejenak dari rutinitas pekerjaan dengan mengambil cuti. Di sisi lain, pastikan perusahaan memberikan beban kerja yang sesuai dengan tanggung jawab yang telah disepakati dan sepadan dengan gaji. Terpenuhinya work life balance bisa menjadi salah satu kunci agar karyawan merasa betah dan tidak mengambil keputusan untuk meninggalkan perusahaan.
Mengapa perusahaan perlu spin off?
Jadi, mengapa spin off adalah jawaban bagi perusahaan agar dapat lebih berkembang? Untuk menemukan jawabannya, Anda harus paham bahwa ada dua perspektif yang digunakan, yaitu perspektif dari perusahaan induk maupun perspektif dari perusahaan yang baru.
Dari segi perusahaan induk, mereka memilih untuk melakukan spin off agar bisa memiliki target yang lebih jelas. Terkadang, terlalu banyak target, bahkan pada sektor yang berbeda, dapat menyebabkan perusahaan sulit berkembang. Dengan spin off, perusahaan induk bisa lebih fokus pada beragam proyek baru yang mungkin lebih menjanjikan.
Sedangkan dari segi perusahaan baru, spin off dapat membuat mereka lebih bebas tanpa harus terbebani target dari perusahaan induk. Dengan begitu, mereka bisa membuat target sendiri atau melakukan inovasi yang sebelumnya tidak bisa dilakukan karena berbagai macam alasan terkait perusahaan induk.
Terlalu Banyak Beban Kerja
Dalam keadaan sulit seperti pandemi, tidak sedikit perusahaan yang meminta karyawannya untuk bekerja di luar tanggung jawab yang sudah disepakati, lembur hingga tengah malam, bahkan di akhir pekan. Hal tersebut mengakibatkan karyawan sulit untuk menerapkan work life balance, menyebabkan stres, dan akhirnya memutuskan untuk keluar dari perusahaan. Ya, terlalu banyak beban kerja praktis menjadi penyebab turn over karyawan yang kedua.
Penyebab Turn Over Karyawan
Lantas, apa yang menjadi penyebab terjadinya turn over karyawan?
Sistem Seleksi Karyawan Kurang Tepat
Menemukan karyawan yang sesuai dengan kriteria perusahaan tentu bukan perkara mudah. Akan tetapi, memaksakan karyawan yang tidak sesuai dengan kriteria jelas tidak bisa menjadi jawabannya. Tidak hanya merugikan perusahaan, karyawan yang tidak memiliki keahlian yang sesuai pun akan merasa tidak layak berada di posisi tersebut dan lagi-lagi tidak bisa mengembangkan diri.
Baca juga: Strategi Penetapan Harga: Tujuan, Langkah, dan Jenisnya
Kurangnya Feedback dan Penghargaan
Memberikan feedback merupakan salah satu cara untuk memastikan komunikasi antara karyawan dengan manajemen berjalan dengan baik. Feedback juga memiliki dampak positif terhadap kemajuan karyawan, terutama dalam hal pengembangan keahlian. Selain itu, feedback juga berperan sebagai media bagi perusahaan untuk mengakui kerja keras karyawan. Kurangnya feedback tentu membuat karyawan merasa tidak dihargai dan tidak bisa mengembangkan diri.